Social Icons

Pages

Wednesday, March 19, 2014

Penyakit Psikologi Abad 21

Penyakit psikologi?
Hmmmm...
Penyakit fisik berarti ada yang berubah dengan sistem tubuhnya. Lantas kalau penyakit psikologi, sama kah?
Nah! Mari kita bahas dari sudut pandang saya. Eh kenapa? Ada yang ndak terima? Makanya blogging supaya bisa menguraikan jalan pikiran sendiri *tsaaah* *mpreeeet banget*
Di entri ini saya akan ngulik-ngulik tentang penyakit psikologi abad 21. Apa itu penyakit psikologi abad 21? Ya jelas aja penyakit psikologi yang timbul di abad 21, bukan yang timbul di abad 18, apalagi di abad 15 sebelum Masehi *plaaak* *abaikan*
Halah! Apaan sih dari tadi muter-muter ora jelas blas ngene?


Kadang, di socmed ada tuh kan ada yang pasang status nyindir ndak-jelas-entah-maunya-apa-ditujukan-ke-siapa-gitu. Nah! Jenis perilaku seperti ini yang saya golongkan sebagai penyakit psikologi abad 21.
Eh maaf ya, saya tidak sedang menyindir siapa pun. Karena saya menceritakan mengenai pengalaman saya sendiri.
Iya. Saya dulu penderita Penyakit Psikologi Abad 21 ini. Udah masuk ke stadium akut malah. Ketergantungan terhadap keberedaan socmed dan masih belum bisa mengontrol diri saya untuk menggunakan socmed dengan tujuan baik (baca: LABIL),membuat saya terus-terusan nyampah ataupun nyindir pihak tertentu bahkan sahabat saya via jejaring sosial.
Apa yang saya dapat? Apakah masalah saya selesai? Apakah "sampah-sampah" saya dapat didaur ulang sehingga bermanfaat bagi orang sekitar? Jawabannya adalah TIDAK.
Saya hanya mendapatkan kepuasan diri atas update-an saya. Puas udah nyampah. Puas membayangkan sindiran tersebut dibaca orang yang bersangkutan. Dan puas (berharap) banyak yang tau bahwa orang tersebut (mungkin) tidak baik & pada akhirnya orang yang membaca update-an saya akan tau masalah saya. Dan penyakit ini mulai saya idap ketika saya berkenalan dengan Facebook.
Terus salah Mark Zuckerberg gitu yang bikin pesbuk? Oh jelas tidak! Sepenuhnya salah pengguna(yaitu saya) yang kurang bijak dalam penggunaan.
Apakah penyakit ini bisa sembuh? Insya Allah bisa. Asal si penderita sadar akan penyakitnya DAN berusaha menyembuhkan dirinya sendiri.
Saya sudah lama menghentikan kebiasaan ini. Ketika saya masuk semester 8, 4 tahun silam(seeeet dah ketauan tuanya).
Tapi, akhirnya saya menutup akun pesbuk saya. Karena adanya kesalahpahaman dengan sahabat saya. Tuh kan! Pesbuk bahaya lho yah! Untung aja kami ndak jadi musuh yang long lasting forever ever gitu.
Berhenti dari pesbuk, saya beralih ke twitter. Eh di sini saya ketemu istilah yang lebih serem dari di pesbuk, #NoMention ..... Beugh ini penyakit psikologi abad 21 lainnya.
Setelah punya hape pintar, saya pun lebih fokus menggunakan beberapa aplikasi chatting untuk mempermudah urusan pekerjaan saya.
Eh! Ketemu dengan si BBM. Di sini saya kena shock therapy lanjutan. Berasa disuruh ngaca gitu sama Tuhan. Kenapa? Karena saya masih aja nemuin penderita Penyakit Psikologi Abad 21 ini. Yeap! Nyindir orang lewat update-an status BBMnya. Deuh!
Darwis Tere Liye pernah bilang, sebelum kita membuat update-an status di jejaring sosial manapun, ada sebaiknya kita berpikir ribuan kali.
Update itu mungkin bisa dihapus, tapi mereka yang sudah membaca belum tentu bisa menghapus memori mereka dengan mudah. Dan bayangkan bila orang yang kita sindir itu merasa sakit hati. Apakah bisa menghilangkan rasa sakit hatinya semudah menghapus update-an status kita? Dan kalau toh ternyata bukan orang yang kita sindir yang merasa tersindir, lantas apakah kita harus menjelaskan dan membuka masalah kita yang sebenarnya? Ataukah kita acuh saja seakan kita tak memiliki dosa atas saudara kita?
Saya membuat entri ini bukan untuk menggurui siapapun. Saya hanya menguraikan pengalaman saya. Pengalaman yang membuat saya beberapa kali terjebak dalam situasi tidak menyenangkan karena kesalahpahaman di jejaring sosial. Pengalaman karena Penyakit Psikologi Abad 21 yang saya derita ataupun (tanpa sadar) diderita orang lain.
Jadi, apakah Anda seperti saya? PERNAH menderita Penyakit Psikologi Abad 21? Atau mungkin Anda SEDANG atau MASIH menderita Penyakit Psikologi Abad 21?
Semoga kita lekas sembuh :)

No comments:

Post a Comment