Social Icons

Pages

Featured Posts

Saturday, March 26, 2016

Dunia Fangirling - Part 1

Hi readers blog saya yang jumlahnya nggak naik-naik krn nggak pernah bikin entri apa-apa lagi . . . *entah ini sapaan atau curhatan*

Entri terakhir saya di tahun 2014, artinya sepanjangan 2015 lalu saya tidak membuat entri sama sekali. Kenapa? Karena sibuk? Bukan. Karena menejemen waktu saya yang cukup buruk, sehingga saya tiba di titik banyak-menghabiskan-waktu-untuk-hal-tak-perlu-tapi-seperrtinya-perlu-dan-disesali-di-akhir.

Well, di entri kali ini saya akan bahas sedikit tentang dunia fangirling. Apaan tuh?

Dulu jaman Westlife nge-trend beudh, pasti banyak cewek-cewek jejeritan pas mereka muncul, walau sekedar lagunya atau jempolnya doank. Iya nggak? Ngaku hayo ngaku! *agak maksa*

Istilah fangirling sendiri merujuk pada aktivitas fangril (sebutan untuk penggemar cewek). Apa aja aktifitasnya? Macem-macem. Salah satunya yang masuk tahap akut yang sebutin di atas tadi, liat gambar atau video jempolnya aja jejeritan ruarbiyasak. Kalau mau lebih jelas, bisa dilihat definisi fangirling yang bikin cekikikan sendiri bacanya di sini.

Menurut saya, aktivitas fangirling ini bisa dibagi menjadi IV stadium dengan tingkatan tertinggi dan paling akut berada di stadium IV.

Friday, May 9, 2014

Jilbabku, Jilbabmu dan Jilbab Kita

Jilbab saat ini telah menjadi bagian dari gaya hidup. Ya. Bagian dari gaya hidup. Bukan sebagai sebuah kewajiban yang dipenuhi seorang hamba atas perintah Tuhannya. Tapi sebagai sebuah gaya hidup. Kenapa? Karena jilbab sekarang sudah menjadi trade mark fashion. Nggak percaya? Berapa banyak sekarang jilbab dengan model aneka rupa berseliweran dijajakan? Dan pedagang jilbab bukan saja bertempat sekedar di lapak kaki lima sebuah pasar tradisional, tapi kini telah menempati booth tersendiri di sebuah pusat perbelanjaan kelas atas. Bahkan ada toko semi boutiqe yang menjajakan jilbab secara eksklusif.

Anyway, sebenarnya saya menulis ini karena terusik dengan adegan yang saya lihat di dalam angkot. Ini bukan adegan tidak senonoh, tapi cukup membuat saya malu melihatnya. Ini juga bukan adegan perampokan dalam angkot, tapi cukup membuat saya bergidik ngeri melihatnya. Penasaran? Tunggu setelah pesan-pesan berikut ini *kriuuuuk* *eaaah* *ditimpuk pembaca*

Friday, May 2, 2014

Guru yang Baik

Saya termasuk orang baru dalam profesi ini. Pengalaman saya mengajar masih belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan banyak guru di sekeliling saya ataupun di luar sana yang sudah menjadi gur selama puluhan tahun. Menghabiskan hidup mereka untuk mengabdikan diri mencerdaskan anak bangsa *tsaaaaah*
Saya membuat entri ini dari pengalaman saya belasan tahun sebagai seorang pelajar (biar terdengar expert) dan pengalaman saya selama 20an bulan (lagi-lagi agar terdengar expert) menjadi guru.
Setiap tahunnya pasti ada pemilihan guru teladan. Entah tingkat kota/kabupaten ataupun tingkat provinsi maupun nasional. Guru yang mendapat penghargaan tersebut biasanya adalah guru-guru yang berprestasi ataupun guru-guru yang berhasil membimbing siswanya meraih prestasi di tingkat tertentu.
Yah terlepas dari predikat guru teladan tersebut, saya sekarang sedang belajar menjadi guru yang baik. Iya. Cukup menjadi guru yang baik dulu. Baik bagi siswa-siswa saya dan baik bagi saya juga.
Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana menjadi guru yang baik?
Gampaaaaaaaaang!

LoA

Saat ini saya sedang menjalani pekerjaan (yang kata orang) banyak pahalanya. Apa itu? Menjadi seorang guru.
Kenapa saya bisa jadi guru? Ada beberapa alasan aneh sebenarnya. Salah satunya adalah ini sebuah doa berkepanjangan yang selalu saya impikan tanpa saya sadari. Lha kok bisa?
Dulu jaman saya SD, begitu kelas 6 maka teman-teman sekelas akan ribut mengedarkan sebuah buku pribadi yang cute dengan kertas warna-warni di setiap lembarannya. Untuk apa? Untuk saling isi biodata pribadi disertai kesan & pesan kita selama saling kenal. Ditulis dengan menggunakan spidol warna-warni, tulisan tangan yang mendadak dipaksakan berwujud rapi walau biasanya nggak bisa dibaca dan tak lupa menyertakan tanda tangan semi-nggak-jelas versi jaman SD.

Tuesday, April 29, 2014

Duta Muslimah Sedunia (Bagian 2)

Entri kali ini merupakan lanjutan dari entri saya sebelumnya. Bahasannya nggak terlalu berat kok. Yang belum baca, silahkan disimak dulu di sini :)
Kejadian kedua adalah ketika saya ke Malaysia. Negara dengan presentase muslim yang mungkin hampir sama seperti Indonesia. Jadi, di sini saya menemani students saya yang sedang mengikuti lomba & Environmental Youth Leadership Summit. Peserta Summit ini dari beberapa negara, salah satunya dari Filipina. Karena waktu kedatangan kami dan kontingen dari Filipina berdekatan, akhirnya kami dijemput panitia secara bersamaan. Sesuai jadwal kedatangan, kami dijemput duluan kemudian kontingen dari Filipina yang ternyata terdiri dari beberapa kelompok.

Duta Muslimah Sedunia (Bagian 1)

Beuuuuugh! Judulnya berat ya?
Eits eits eits ini bukan tentang kontes saingan Miss World versi Islam yang heboh beberapa waktu lalu itu lho yah.
Jadi, di entri kali ini saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya.
Di passport saya baru ada stempel dari dua imigrasi, yaitu Thailand dan Malaysia. Keduanya saya dapat bukan dalam rangka liburan. Tapi karena tugas kantor. Saya ke Thailand karena ada training dan saya ke Malaysia karena menemani anak-anak lomba.
Ini bukan tentang catatan perjalanan saya. Tapi mengenai apa yang saya alami di dua Negara itu. Jadi, karena saya tipikal yang banyak omong, entri saya ini akan saya bagi menjadi dua.

Saturday, April 26, 2014

Tak Berwujud, tapi Ada

Mencintaimu adalah sebuah misi penaklukan yang tidak mungkin untuk dilakukan. Bahkan aku lebih suka berbincang membahas bagaimana menaklukan Puncak Everest meskipun aku buta akan hal pendakian.

Sebuah Mission Imposibble yang masih saja aku jalankan, walau logikaku berkata tidak.