Beuuuuugh! Judulnya
berat ya?
Eits eits eits ini
bukan tentang kontes saingan Miss World versi Islam yang heboh beberapa waktu
lalu itu lho yah.
Jadi, di entri kali ini
saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya.
Di passport saya baru
ada stempel dari dua imigrasi, yaitu Thailand dan Malaysia. Keduanya saya dapat
bukan dalam rangka liburan. Tapi karena tugas kantor. Saya ke Thailand karena
ada training dan saya ke Malaysia
karena menemani anak-anak lomba.
Ini bukan tentang
catatan perjalanan saya. Tapi mengenai apa yang saya alami di dua Negara itu. Jadi, karena saya tipikal yang banyak omong, entri saya ini akan saya bagi menjadi dua.
Negara yang mencetakkan stempel perdana di passport saya adalah Thailand. Di sini saya berkesempatan training di salah satu Universitas
terbaik di Negara Gajah Putih itu. Pematerinya adalah para dosen di universitas
tersebut. Waktu pelatihan tersebut dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore atau jam
4.30 sore. Suatu hari saat kelas saya sedang coffee break, salah satu dosen saya sempat bertanya kepada kami.
Kami membahas banyak
hal. Kemudian dosen tersebut bertanya mengenai jilbab, apakah semua wanita yang
beragama Islam di Indonesia memakai jilbab? Tentu kami jawab tidak, kebetulan
peserta training di kelas Fisika ini
hanya 5 orang dan semuanya adalah wanita & muslimah. Dari kami berlima,
hanya satu orang yang belum menggunakan jilbab.
Kemudian dosen saya
yang ber-gender pria ini bertanya lagi, apakah tidak panas memakai jilbab ketika
berkegiatan. Salah satu guru menjawab, awalnya mungkin panas & gerah, tapi
perlahan kita akan merasa nyaman karena telah beradaptasi.
Kemudian muncul
pertanyaan lain, apakah bila kami di rumah kami juga menggunakan jilbab? Atau
ketika ke luar rumah saja? Ada seorang kawan yang menjawab bahwa ketika di
rumah tidak harus mengenakan jilbab. Beliau bertanya lagi, berarti bila orang
ingin melihat kami tanpa jilbab, mereka bisa saja mengunjungi kami di rumah?
Kemudian saya berusaha menjawab, tidak bisa karena mereka bukan keluarga kita.
Yang diperkenankan melihat muslimah tanpa jilbabnya hanya orang tua kandung dan
saudara kandung saja. Di titik ini saya bingung menjelaskan definisi "muhrim". Maaf bila ilmu saya masih cetek *bow*
Lalu dosen saya kembali bertanya, bagaimana bila ada tamu
yang bermalam ke rumah, haruskah menggunakan jilbab terus-menerus selama 24
jam? Sampai sini saya bingung. Karena bahasa Inggris saya masih agak-agak
ilang-timbul kayak sinyal provider di
pedalaman Indonesia, akhirnya saya hanya menjelaskan singkat. Iya, kita harus
mengenakan jilbab. Tapi, hal itu kembali ke muslimah tersebut. Ada beberapa
yang tidak mengenakan. Sesungguhnya Islam itu tidak pernah mempersulit
ummatnya. Hanya saja bila kita berbicara mengenai dosa atau tidaknya, bukan
kita yang bisa menentukan. Tuhan Yang Menilai. Kita hanya bisa berusaha untuk
tidak melakukan hal-hal yang tidak dianjurkan dalam agama.
Dosen tersebut
mengangguk. Entah beliau setuju. Entah beliau berusaha memahami bahasa Inggris
saya yang sedikit-banyak-menyimpang dari grammatical
:D
Perbincangan kami
selesai. Bukan karena beliau puas dengan jawaban-jawaban yang kami berikan,
tapi cendderung karena waktu coffee break
telah usai :D
Yah, saya jadi belajar banyak. Bahwa ketika kita bepergian dengan tujuan apapun, bisa jadi kita mewakili citra dari apa yang kita gunakan atau dari mana kita berasal :)
Lanjut ke bagian berikutnya :)
No comments:
Post a Comment