Social Icons

Pages

Tuesday, April 29, 2014

Duta Muslimah Sedunia (Bagian 1)

Beuuuuugh! Judulnya berat ya?
Eits eits eits ini bukan tentang kontes saingan Miss World versi Islam yang heboh beberapa waktu lalu itu lho yah.
Jadi, di entri kali ini saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya.
Di passport saya baru ada stempel dari dua imigrasi, yaitu Thailand dan Malaysia. Keduanya saya dapat bukan dalam rangka liburan. Tapi karena tugas kantor. Saya ke Thailand karena ada training dan saya ke Malaysia karena menemani anak-anak lomba.
Ini bukan tentang catatan perjalanan saya. Tapi mengenai apa yang saya alami di dua Negara itu. Jadi, karena saya tipikal yang banyak omong, entri saya ini akan saya bagi menjadi dua.


Negara yang mencetakkan stempel perdana di passport saya adalah Thailand. Di sini saya berkesempatan training di salah satu Universitas terbaik di Negara Gajah Putih itu. Pematerinya adalah para dosen di universitas tersebut. Waktu pelatihan tersebut dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore atau jam 4.30 sore. Suatu hari saat kelas saya sedang coffee break, salah satu dosen saya sempat bertanya kepada kami.
Kami membahas banyak hal. Kemudian dosen tersebut bertanya mengenai jilbab, apakah semua wanita yang beragama Islam di Indonesia memakai jilbab? Tentu kami jawab tidak, kebetulan peserta training di kelas Fisika ini hanya 5 orang dan semuanya adalah wanita & muslimah. Dari kami berlima, hanya satu orang yang belum menggunakan jilbab.
Kemudian dosen saya yang ber-gender pria ini bertanya lagi, apakah tidak panas memakai jilbab ketika berkegiatan. Salah satu guru menjawab, awalnya mungkin panas & gerah, tapi perlahan kita akan merasa nyaman karena telah beradaptasi.
Kemudian muncul pertanyaan lain, apakah bila kami di rumah kami juga menggunakan jilbab? Atau ketika ke luar rumah saja? Ada seorang kawan yang menjawab bahwa ketika di rumah tidak harus mengenakan jilbab. Beliau bertanya lagi, berarti bila orang ingin melihat kami tanpa jilbab, mereka bisa saja mengunjungi kami di rumah? Kemudian saya berusaha menjawab, tidak bisa karena mereka bukan keluarga kita. Yang diperkenankan melihat muslimah tanpa jilbabnya hanya orang tua kandung dan saudara kandung saja. Di titik ini saya bingung menjelaskan definisi "muhrim". Maaf bila ilmu saya masih cetek *bow*
Lalu dosen saya kembali bertanya, bagaimana bila ada tamu yang bermalam ke rumah, haruskah menggunakan jilbab terus-menerus selama 24 jam? Sampai sini saya bingung. Karena bahasa Inggris saya masih agak-agak ilang-timbul kayak sinyal provider di pedalaman Indonesia, akhirnya saya hanya menjelaskan singkat. Iya, kita harus mengenakan jilbab. Tapi, hal itu kembali ke muslimah tersebut. Ada beberapa yang tidak mengenakan. Sesungguhnya Islam itu tidak pernah mempersulit ummatnya. Hanya saja bila kita berbicara mengenai dosa atau tidaknya, bukan kita yang bisa menentukan. Tuhan Yang Menilai. Kita hanya bisa berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak dianjurkan dalam agama.
Dosen tersebut mengangguk. Entah beliau setuju. Entah beliau berusaha memahami bahasa Inggris saya yang sedikit-banyak-menyimpang dari grammatical :D

Perbincangan kami selesai. Bukan karena beliau puas dengan jawaban-jawaban yang kami berikan, tapi cendderung karena waktu coffee break telah usai :D
Yah, saya jadi belajar banyak. Bahwa ketika kita bepergian dengan tujuan apapun, bisa jadi kita mewakili citra dari apa yang kita gunakan atau dari mana kita berasal :)

Lanjut ke bagian berikutnya :)

No comments:

Post a Comment