Social Icons

Pages

Friday, May 2, 2014

LoA

Saat ini saya sedang menjalani pekerjaan (yang kata orang) banyak pahalanya. Apa itu? Menjadi seorang guru.
Kenapa saya bisa jadi guru? Ada beberapa alasan aneh sebenarnya. Salah satunya adalah ini sebuah doa berkepanjangan yang selalu saya impikan tanpa saya sadari. Lha kok bisa?
Dulu jaman saya SD, begitu kelas 6 maka teman-teman sekelas akan ribut mengedarkan sebuah buku pribadi yang cute dengan kertas warna-warni di setiap lembarannya. Untuk apa? Untuk saling isi biodata pribadi disertai kesan & pesan kita selama saling kenal. Ditulis dengan menggunakan spidol warna-warni, tulisan tangan yang mendadak dipaksakan berwujud rapi walau biasanya nggak bisa dibaca dan tak lupa menyertakan tanda tangan semi-nggak-jelas versi jaman SD.

Terus apa hubungannya antara pekerjaan yang saya jalani sekarang dengan buku-buku itu? Nah! Jadi, di setiap buku kenangan milik teman-teman saya jaman SD itu, di bagian cita-cita saya selalu menulis bahwa cita-cita saya adalah guru. Terus ada yang nanya, “Wah senang donk cita-citanya terwujud?”, errrr di sini saya bingung mau jawab apa.
Dulu ketika saya masih seperempat lugu-seperempat bodoh-setengah simply minded saya pikir jadi guru itu enak. Kenapa? Tiap siswanya libur, gurunya pasti libur. Dan sejauh hasil pengamatan saya, guru adalah satu-satunya profesi dengan jumlah libur terbanyak. Ini adalah hasil pengamatan anak SD kelas 6 di awaal era millenium *doh ketauan tuanya* Dan jadilah saya menuliskan satu profesi ini di setiap pengisian buku “keramat” itu. Dan kebiasaan saya ini terus saja berlanjut hingga saya lulus SMP. Sejauh saya menggali ingatan, tidak pernah sekalipun saya menulis cita-cita saya berubah menjadi dokter ataupun pramugari (Alhamdulillah saya sudah sadar diri dari kecil, haha).
Memasuki SMA, saya gamang akan masa depan *tsaaah bahasanya*
Semakin tua kita, mungkin orientasi kita akan hidup jadi berbeda. Bisa jadi karena pikiran kita makin kompleks. Semakin banyak yang dipikirkan, semakin banyak yang dipertimbangkan dan semakin hati-hati kita melangkah.
Akhirnya, saya sempat berpikiran untuk mengambil jurusan apapun yang nantinya akan menghasilkan uang dalam jumlah banyak dalam waktu singkat. Jurusan apa itu? Teman-temannya teknik. Turunannya pertambangan ataupun turunannya teknik sipil. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Saya tidak punya uang untuk beli formulir pendaftaran jalur undangan di universitas yang terkenal dengan spesialisnya teknik (sebut saja ITB) *plakk*
Akhirnya saya ikut SNMPTN, nasional dan lokal. Di SPMB (jaman saya namanya ini) yang serempak se-Indonesia ini, saya mengambil jurusan Pendidikan Fisika sebagai pilihan pertama dan keduanya Pendidikan Matematika. Eh jangan berekpektasi terlalu tinggi terhadap saya. Jangan dikira saya cerdas luar biasa dan paham dua pelajaran itu. Saya jatuh cinta sama pelajaran Matematika, tapi entah kenapa saya malah mengisi Fisika sebagai pilihan pertama.
SPMB tingkat lokal saya ikuti. Pilihan pertama Farmasi dan kedua adalah Pendidikan Matematika. Lihatkan? Betapa konsistennya saya dengan Matematika. Betapa saya setia dan susah move on-nya dari Matematika.
Pengumuman tiba. SPMB Nasional saya lulus di Pendidikan Fisika. SPMB Lokal saya lulus di Farmasi. Lihat! Betapa Tuhan Maha Adil. Kadang apa yang kita cintai dengan sepenuh hati justru itulah yang bukan jalan hidup kita. Saya mencintai Matematika dengan sepenuh hati saya. Begitu menggilainya bahkan. Saya akan mendadak masuk dunia lain ketika ada satu soal Matematika yang belum saya temukan penyelesaiannya. Iya, segila itu perasaan saya terhadap Matematika. Dan cinta saya disekenariokan Tuhan punya kisah bertepuk sebelah tangan *eaaaak* *uhhhuk*
Setelah perdebatan panjang dengan orang tua, musyawarah keluarga besar, minta pendapat dengan beberapa guru SMA, dengan mengucap basmalah saya mengikhlaskan diri saya terjerumus di Pendidikan Fisika :D
Seperti banyak buku-buku tentang motivasi diri ataupun motivasi pernikahan (ciyeeee) yang saya baca, bila kita tidak mendapatkan apa yang kita cintai, belajarlah untuk mencintai apa yang kita dapatkan karena itu adalah pilihan Tuhan untuk kita.
Dan sekarang saya menjalani dengan (sok) suka cita apa yang saya kerjakan.
Yah teori sederhananya, semua ini sudah ada di dalam benak saya untuk dalam jangka waktu yang panjang. Dan pikiran saya pun sudah merealisasikannya menjadi imajinasi yang selalu saya mainkan di banyak waktu kosong saya (terutama berimajinasi bahwa jadi guru out liburnya banyak). Dan mungkin tanpa saya sadari tubuh saya berusaha merealisasikan apa yang telah menjadi cita-cita saya. Dan ketika saya dihadapkan dengan jalan lain, saya tetap memilih apa yang sudah ada di benak saya.

Atau bahasa kecenya Law of Attraction versi saya J

No comments:

Post a Comment