Social Icons

Pages

Saturday, October 12, 2013

Yes, we are (not) rivals

Kami pertama kali berkenalan pas di bangku kuliah. Secara kebetulan kami satu program studi. Yang satunya adalah teman sekelas, yang satunya lagi adalah teman yang sama-sama ngebanci ikutan organisasi ini-itu-entah-apa.



Kami terlahir dengan tiga karakter yang sama sekali njomplang, beda juauh buanget karakternya.
Yang satu, tipikal orang jenius selalu ingin tahu dan berusaha meningkatkan kemampuannya dan tidak bersikap pelit akan ilmu ke orang lain. Coba gih tanya apa aja ke dia, selama dia tahu, dia akan jelasin semampunya sambil diakhir dengan saran jitu macem, "Di google ada tuh," *luar biasa*
Walau dia lumayan cakep, tapi track record asmaranya lumayan lah. Lumayan ancur :D
Dia orang yang polos dalam hal cinta-cintaan. Bahkan ketika saya sempat tanya ke dia pertanyaan serius, "Ios, susah gak sih kerja sambil pacaran?" dan dia menjawab dengan singkat dan lugas, "Susah. Makanya jangan kerja sambil pacaran," NAH! *hening*
Dan jangan pernah suruh dia mengurus berkas ini-itu sendirian! Kenapa? Karena dia akan menatap kita dengan "puppy eyes" yang membuat kita luluh gak tega dan menemaninya walau dengan ngomel-ngomel sepanjangan ayat *i always do that*

Yang satunya lagi tipikal orang jenius yang tertutupi oleh banyak kebodohannya. Kenapa? Coba aja ajukan pertanyaan sederhana macem postulat Einstein, pasti ntar dia jalan-jalan dulu menjelaskan hal-hal lain yang hubungannya agak jauh-dekat-tiga-ribu gitu *apa sih*
Yah, kadang kalau saya lagi bego mata kuliah tertentu, saya lari ke dia. Minta penjelasan. Hasilnya? 20% ngerti. Sisanya? Saya malah mancing dia untuk buka sesi curhat :D
Tapi coba deh tanya segala macam alat-alat untuk praktikum di lab fisika tempat kami kuliah, beuuuugh! Dia tahu hampir segalanya. Termasuk berapa rupiah harga alat yang rusak :D
Dan dia cowok pertama yang nelpon saya sambil dimainin gitar walau tanpa lirik. Romantis? Nggak. Dia kebetulan lagi ngecek gitarnya :(
Dan dia tipikal orang yang tenang dalam menghadapi saya yang sering berapi-api ndak jelas. Tiap kami terlibat satu kepanitiaan atau satu kepengurusan organisasi kampus, tiap saya ngomel-ngomel gak jelas, dia akan sabar mendengarkan sampai selesai. Lalu memberi solusi. Kalau jengkel? Langsung dipotong dan berusaha menjelaskan ke saya semua alasan yang asuk akal dan membuat saya langsung diam.
Dan ketika saya harus pulang larut malam agak-agak dini hari, dia salah satu orang yang akan mengantar saya sampai rumah dengan selamat sehat sentausa :)

Dan sekarang, kami sedang menjalani hidup kami masing-masing.
Saya masih bekerja sambil menggantung mimpi untuk bisa mengejar mereka yang sekarang sedang berstatuskan sebagai mahasiswa pascasarjana dengan beasiswa penuh di sebuah perguruan tinggi kece di Indonesia.

Saya bersama Si Jenius pernah mengirimkan berkas beasiswa secara bersamaan. Kami tes TOEFL bareng. Kami nyiapin berkas bareng. Kami pergi ke kota itu untuk tes juga bareng. Kami belajar di kosan Si Jenius-Jauh-Dekat-Tiga-Ribu bareng. Kami tes barengan dan duduk bersebelahan. Tapi Tuhan tidak menyatukan kami terlalu lama *eaaaak*

Sebulan setelah tes, Pengumuman yang lolos beasiswa tersebut pun muncul di situs resmi penyelenggara beasiswa tersebut. Namanya ada, nama saya tidak ada.
Dan dia merasa bersalah dan tidak enak. Kenapa? Karena menurutnya harusnya kita lulusnya samaan.
Terus? Saya bagaimana? Marah? Kecewa? Iya. Tapi bukan Sama Si Jenius. Tapi ke diri saya sendiri. Karena mungkin ada saja persiapan saya yang masih kurang :)
Dan faktor belum-rejeki yang saya yakini :)

Lalu bagaimana kami sekarang? Kami tetap bersahabat.
Si Jenius selalu menginformasikan beasiswa apapun yang dia tahu ke saya.
Si Jenius-Jauh-Dekat-Tiga-Ribu selalu memberi saya motivasi berupa apapun.

Mungkin orang berpikir kami adalah orang-orang yang bersaing yang berselimut sebuah hubungan yang bernama persahabata. Tapi buat saya, kami bukanlah saingan. Saya tidak pernah berniat mengungguli mereka. Saya tidak pernah berniat berlari duluan di depan mereka. Begitu juga dengan mereka.

Mungkin posisi saya sekarang sedang berjalan sedikit santai di belakang mereka. Tapi mereka dengan santai juga berjalan di depan saya sambil tetap sibuk menengok ke belakang. Memastikan saya masih di jalur yang harusnya kami tempuh sama-sama :)

Embedded image permalink
Si Jenius, Si Jenius-Jauh-Dekat-Tiga-Ribu & Saya Tentunya :)
 Yes! We are not rivals :)

No comments:

Post a Comment