Social Icons

Pages

Tuesday, October 15, 2013

There Won't Be A Simple Farewell

Ini sebuah catatan tentang saya yang sedikit ngeri membayangkan sebuah adegan kehidupan yang disebut perpisahan.
Kata pepatah, tiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan.



Kadang, kita nggak sadar kalau kita nggak siap dengan sebuah pertemuan. Tapi ketidaksiapan yang kita alami itu kadang terkubur di alam bawah sadar kita. Kita nggak tahu kalau kita siap. Kenapa? Karena seiring berjalannya waktu kita merasa semuanya udah cocok di kita. It happens just like you click your fingers.
Seakan-akan, mendadak kita sudah cocok dengan segala efek dari "pertemuan" itu.

Itu yang terjadi pada saya ketika pertama kali berhadapan dengan anak-anak angkatan 15 (well known as FIFA *nama panggung nih*).
Awalnya, saya gugup setengah mampus ngadepin mereka. Kenapa? Mereka adalah murid-murid yang pertama kali harus saya ajar. Walau saya sudah satu semester kerja di tempat ini, saya baru mendapatkan amanah untuk otoritas penuh mengajar. Alhamdulillah, begitu kebagian kelas saya langsung ketemu anak-anak yang ajaib.

Bayangin aja, pertama kali masuk kelas saya langsung dijutekin dan disambut dengan komentar yang pedesnya ngalahin Mie Pedas Mampus Level 15 di daerah Lambung Mangkurat sono.
Saya langsung shock, depresi dan dirundung galau untuk sesaat.
'Eh buset! Belum juga ngajar, udah dijutek-in,' batin saya waktu itu.

Tapi saya sudah bertekad, no matter what, saya akan menyelesaikan tugas saya dengan baik. Karena niat saya adalah untuk mencerdaskan anak bangsa *tsaaah* *tipu*

Seperti yang saya bilang sebelumnya, entah bagaimana pelan-pelan (sepertinya) saya mulai bisa diterima anak-anak. At least yang dulunya nge-jutek-in saya, sekarang nggak jutek lagi tiap ketemu saya. Malah suka nebar senyum dan peluk dimana-mana *ini murid cewek lho yah*

Ya. Pelan-pelan saya merasa dekat sama mereka. Atau entah saya aja yang kePDan kali yak ngerasa sok dekat dengan mereka? Ah! Whatever lah! Biar aja saya dibilang kePDan dan keGRan :D

Mereka adalah angkatan pertama yang mencibir saya, bahkan sebelum saya memulai pelajaran.
Mereka adalah angkatan pertama yang membuat jidat saya berkerut banyak tiap kali pertanyaan-pertanyaan ajaib muncul dari rasa penasaran yang kelewat giat mereka pelihara.

Mereka adalah angkatan pertama yang membuat saya menyadari, menjadi seorang guru kadang tidak selalu harus terlihat lebih pintar dari muridnya. Kalau memang tidak tahu, lebih baik jujur. Itu tidak akan membuat martabat kita jatuh.

Mereka adalah angkatan pertama yang membuat kedok saya sebagai K-Poper stadium sedikit-akut akhirnya terbongkar.

Mereka adalah angkatan pertama yang membuat saya belajar bagaimana menjadi guru yang dihormati murid, tapi tidak ditakuti. Bagaimana menjadi guru yang disukai tanpa kehilangan wibawa. Berhasilkah? Tentu saja tidak. Lha wong kerjaan mereka tiap saat nge-bully saya *curhat*

Mereka adalah angkatan pertama yang memanggil saya dengan segala macam panggilan. Dari panggilan yang touchy seperti "Mom" sampai panggilan yang selalu saya idam-idamkan untuk mempertegas usia saya yang (ngakunya) masih muda ini, yaitu "Kak" atau "Eonni".

Dan mereka adalah angkatan pertama yang akhirnya pada nge-follow akun twitter saya dan menuntut untuk di-folback tapi tidak saya penuhi (berujung pada "pembullyan" massal di twitter:D).

Dan sekarang, mereka di kelas XII.
Saya memang cuma 6 bulan ketemu mereka.
Tapi saya berharap hubungan saya dan mereka tidak berakhir tepat ketika masa mengajar saya usai.

Harusnya catatan curhatan ini saya buat pas mereka mau lulusan. Biar mereka pada nggak nge-bully saya pas ketemu di sekolah ntar.
Tapi, interaksi dengan mereka dalam bentuk apapun hari ini membuat saya menyadari satu hal, segala permulaan yang saya jalani bersama mereka akan segera menemui titik ujung. Iya. Saya menyebutnya titik ujung. Bukan titik perpisahan.

Mereka akan segera lulus. Mereka akan segera melanjutkan kehidupan mereka. Mereka akan segera membuat torehan prestasi-prestasi lain yang sama atau lebih mencengangkan dari apa yang telah dan sedang mereka jalani sekarang. Mereka akan membuat kisah baru, dengan orang-orang baru. Dan mungkin saya akan memantau mereka sesekali via twitter dan mention mereka kalau saya kangen.

Itu masih 7 bulan lagi. Tapi saya sudah ngeri membayangkannya.
Mungkin saya cuma paranoid aja. Nanti juga kalau mereka sudah pergi, saya akan mulai balik ke rutinitas saya. Mulai ngajar lagi. Mulai ketemu-ketemu murid baru. Mendalami karakter-karakter mereka. Dan lain sebagainya.

Tapi, buat saya, senormal apapun yang saya akan jalani nantinya, perpisahan ini nggak akan menjadi sebuah perpisahan yang sederhana buat saya.

Oi au! Masih 7 bulan lagi!
Biar. Masa bodoh :p
Mau disebut lebay kek, gak masalah :p

So guys, let's take a lot of pictures togehter. Because I only keep our memories in simple portrait.
There won't be a simple farewell after all.
But we have to make it.

Selamat berjuang menempuh UN. Semoga FIFA sukses semua :)

With a lot of love,

_au_


No comments:

Post a Comment